-->

Truck Kerja Ayah Saya


bagianceritaRena - Berbicara tentang masa pandemi seperti ini, banyak dampak yang terjadi di setiap masing-masing keluarga. Sebagian besar dampak negatif yang terjadi adalah tentang Ekonomi, banyak keluarga kesulitan mencari sumber pangan contohnya seperti Keluarga saya. Mari saya ceritakan sedikit tentang ekonomi keluarga saya selama masa pandemi ini.

Ayah saya berkerja wiraswasta/Sopir truck di salah satu PT yang terletak di Surabaya.
 keluarga saya bukan hanya ayah yang bekerja mencari nafkah tapi saudara tertua saya turut membantu dalam mencari nafkah kebetulan juga belum berkeluarga.

Sebelum terjadi pandemi seperti ini, biasanya dalam 1 Minggu ayah saya mendapat kan 1 PP/sama dengan lancar karena muatan pun tidak perlu menunggu lama langsung bongkar-muat.

Pada awal masa covid adalah masa sulit di keluarga saya, meskipun yang mencari nafkah 2 belum menutup segala kebutuhan yang ada karena banyak cicilan yang harus di bayar. Saya 5 bersaudara (2 bersekolah, 1 kuliah dan yang 1 bayi). Tentunya tidak murah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,karena sejak terjadinya pandemi ini pekerjaan tidak selancar dulu banyak kendala dalam bekerja seperti harus mengantri muatan dengan sopir-sopir yang lain karena muatan yang tersedia pun terbatas dampak dari lockdown yang biasanya hanya menunggu 1-2 hari sekarang bisa sampai 1 Minggu yang artinya gaji juga mundur.

Kebutuhan yang tidak ada berhentinya membuat keuangan keluarga mengalami kesulitan,kebutuhan semakin banyak seperti Biaya UKT kuliah yang tidak sedikit dan tidak ada keringanan sama sekali lalu biaya Uang gedung di Sekolah dan kebutuhan pokok lainya.

Saya akan merinci pendapatan dan pengeluaran keluarga saya:

  • Pendapatan ayah/pp tidak pasti tergantung muatan,biasanya berkisar kurang lebih Rp.1.000.000 ,begitupun kakak saya karena bekerja di tempat yang sama.
  • Kebutuhan pokok:
  • Makanan sehari-hari biasanya ibu saya di beri uang belanja Rp.100.000/hari.
  • pulsa listrik Rp.50.000/1 minggu karena tidak ada subsidi.
  • Uang gas biasanya 1 bulan 2 kali Rp.20.000 jadi Rp.40.000/bulan.
  • Biaya lainya adalah Uang UKT kuliah per semester Rp.5.000.000 .
  • Kakak saya yang kuliah juga membutuhkan kuota data per bulan,karena juga PJJ.
  • Kebutuhan membeli buku,dan lain².


Nah masalah selanjutnya ada pada sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menurut saya sistem seperti ini juga memberatkan Murid dan orang Tua karena,meskipun orang tua tidak berkewajiban memberi uang saku namun orang tua harus sedia memenuhi kebutuhan Kuota data untuk putra putrinya dalam PJJ ini, karena sekarang semua serba online dan biaya doublenya adalah siswa siswi juga wajib membeli buku LKS yang di sediakan di sekolah yang jumlahnya tidak sedikit.

Berikut perincian biaya PJJ:

  • pada bulan ini siswa di haruskan melunasi biaya uang gedung sebanyak Rp.1.250.000.
  • Siswa juga di haruskan membeli Lks yang jumlahnya sekitar 15 biji dengan harga Rp.10.000 jadi total Rp.150.000.
  • Setiap siswa juga wajib mempunyai kuota data untuk pembelajaran online(contohnya saya) /bulan saya membutuhkan kuota data umlimitid yang harganya Rp.50.000.
  • Belum uang buku peralatan sekolah,dan lain2.


Namun Alhamdulillah setelah beberapa bulan melewati masa sulit, sekarang sudah mulai lancar karena sudah di berlakukan New normal, meski tidak selancar sebelum pandemi namun semua harus di syukuri karena banyak yang lebih kekuarangan dibanding kita. Semoga adanya pandemi seperti ini kita lebih dapat mendekatkan diri kepada Sang Pencipta dan mensyukuri apapun yang telah di Berikan.

Sekian dari saya,terimakasih telah membuka dan mau membaca wibeside saya.

~Bagian cerita Rena~
Kamis 23,Juli 2020.